Strategi Tri Dibalik 3030 Show

Rabu, 29 Oktober 2014 - 12:14 WIB
Strategi Tri Dibalik...
Strategi Tri Dibalik 3030 Show
A A A
SATRIA dan Triana dari tahun 3030 kembali ke masa lalu untuk menjalani misi khusus: membantu masyarakat Indonesia mendapat layanan komunikasi yang cepat.

Mereka, antara lain bertemu dengan anak muda yang walau fashionable tapi lambat beraktivitas karena jaringan internet buruk. Keduanya juga membantu Dewi Drupadi dan Punakawan untuk mendapatkan akses internet. Itulah inti cerita 3030 Show arahan PT Hutchinson 3 Indonesia, pemilik operator GSM 3 (Tri), yang digelar di Lapangan Sangkareang, Jalan Pejanggik, Mataram, Lombok, pada 23- 28 Oktober 2014 silam.

Mataram menjadi kota ke-31 (terakhir) dari 3030 Show yang telah menghipnotis hampir 500.000 penonton dari 30 kota yang ada di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali sejak peluncuran perdananya di bulan Juli 2013. Di Lombok sendiri, 3030Show yang tampil selama 34 kali itu ditaksir menyedot 20.000 orang.

"Show sepert ini terbukti sangat efektif, karena langsung menyentuh end user," tegas Head of Operations Indonesia East Tri Firman Alamsyah. Pertunjukan di dalam tenda berbentuk kubah raksasa itu tidak dipungut biaya. Tapi, hanya berlaku bagi pelanggan Tri dan komunitas yang memang diundang khusus.

Sebulan sebelum acara, tim Tri Indonesia sudah membentuk community influence agent (CIA) yang menyebar undangan dan mencari audiens yang tepat."Di siang dan sore 3030 Show dihadiri pelajar dan mahasiswa. Sedangkan menjelang malam banyak pekerja berusia muda. Merekalah target utama kami," tutur Firman.

Personal dan Impresif

3030 Show memang dikonsep sebagai hiburan. Ada pertunjukkan olah visual seperti tarian laser, visualisasi hologram, dan video mapping. Ada pula seni teater, wayang orang, penari profesional, serta teater komedi.

Disela-sela pertunjukkan, para talentyang ada di panggung memberikan informasi produk Tri seperti Mifi (mobile wifi), aplikasi Bima Tri, hingga paket internet AlwaysOn. Dan hal itu seolah larut sebagai bagian dari show."

Apa yang kami sampaikan ke penonton bukanlah hal baru," aku Public Relations Manager Tri Arum K Prasodjo."AlwaysOn atau BimaTri itu produk lama. Tapi, banyak pelanggan di daerah yang belum awaresepenuhnya," tambahnya.

Konsumen, lanjut Arum, saat ini lebih pintar. Mereka tidak ingin diberikan promo yang sifatnya hard selling."Itulah mengapa kami masuk lewat hiburan. Lebih personal dan memberi impresi yang kuat terhadap brand awareness Tri," paparnya.

Ia mengatakan, dalam waktu satu jam 3030 Show berlangsung, edukasi dan informasi terkait internet dan data Tri yang dapat dicerna dengan sangat mudah oleh penonton. Dampak lain yang diincar adalah viral. Setiap pertunjukkan 3030 Show mungkin hanya dihadiri 500-700 orang."Tapi, pengunjung yang datang pasti memotret dan posting ke sosial media. Itulah sebabnya setiap show tidak pernah sepi, selalu penuh!" paparnya.

Strategi Efektif

Dalam dua tahun terakhir Tri mengklaim jumlah pelanggan mereka naik ekponensial. Per semester 1 2014, jumlahnya sudah mencapai 41,75 juta pelanggan dengan 70% diantaranya adalah konsumen data. Bandingkan dengan total pelanggan pada 2013 sebanyak 38 juta dan 25 juta pada 2012.

Ternyata, ini adalah dampak dari strategi mereka. Pertama, meningkatkan kualitas jaringan dan perluasan cakupan layanan 3G yang sudah mencapai lebih dari 86% populasi penduduk Indonesia. Jaringan 3G mereka diklaim terluas setelah Telkomsel lewat 15.162 BTS 3G yang 70% diantara berkapasitas jaringan hingga 42 Mbps.

Kedua, memperbaiki layanan ritel lewat skema yang memudahkan pengecer untuk mendistribusikan kartu perdana Tri. Ketiga, tentu saja mengkampanyekan paket internet Tri seperti AlwaysOn dan Indie+ yang menonjolkan layanan data lewat program seperti 3030 Show ini.

Sinyal 3G Tri, misalnya, sudah mencakup 5 Kabupaten dan 12 kecamatan di Nusa Tenggara Barat, melayani hampir 100% kecamatan di kota Mataram."Tren pemakaian data di kota maupun di daerah sama saja. Yang berbeda hanya ukurannya," tegas Regional Operation Head East Java Bali Lombok Region Tri Indonesia Haris Tri Wibowo.

Dan jika menyoal data, Haris menilai pelanggan di daerah mudah sekali untuk berganti operator. "Walau sebagian besar NTB sudah didominasi operator tertentu, namun kami percaya lewat penetrasi yang tepat (melalui data), pelanggan bisa beralih," ungkapnya.

Hal tersebut diakui oleh Dwi, mahasiswi Universitas Mataram, yang menyebut data sudah menjadi kebutuhan utamanya dalam beraktivitas sehari-hari."Selain untuk chatting, browsing, dan sosial media, saya butuh koneksi internet untuk melakukan riset dan referensi jika ada tugas mendadak," tegas masiswi jurusan Ekonomi Akuntansi ini.

Dalam memilih operator, Dwi mengaku data adalah syarat utama selain jangkauan (coverage). "Saya akan coba dulu. Jika koneksinya stabil, ya kenapa nggak (beralih)?," paparnya.

Danang arradian
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1078 seconds (0.1#10.140)